Akhirnya tiba di penghujung challenge walau sempat tertunda lama sekali karena kesibukan kuliah, magang, organisasi dan ujian tengah semester. Padahal tema di hari terakhir tidak harus membuatku berpikir keras. Aku hanya perlu mereview tulisan selama 29 hari sebelumnya, apa yang aku rasakan selama menulis, dsb.
Baiklah mari kita mulai. 30 days writing challenge ini sangat membantuku yang berniat menghidupkan blog kembali. Membuatku lebih berani mengeksplor berbagai pengalaman, imajinasi, rasa dan kata yang mungkin selama ini terpendam. Sedikit banyak membantu tugas perkuliahanku juga sih yang disuruh menulis opini tentang cinta. Ya tinggal translate ke bahasa Turki doang sih dengan beberapa editan di sana-sini.
Tema-tema di setiap harinya yang berbeda membuatku terus memutar otak untuk selalu menghadirkan tulisan-tulisan baru, walaupun kebanyakan sih curhat ya haha. Sejujurnya aku tidak pernah se-terbuka ini sebelumnya, tapi berkat challenge hari ke-18 yang bertema thirty facts about myself membuat hampir seluruhnya tentang diriku terbongkar haha. Emang parah sih jawaban para responden. Kalau ditanya rasanya gimana selama menulis challenge? Wah nano-nano dan campur aduk. Sempat stuck, bingung, stres, deg-degan karena harus bercerita tentang orang lain, termasuk juga deg-degan karena lembur sampai jam 3 pagi haha sempet ada yang nemenin.
Aku ingin berterima kasih untuk semua orang yang menjadi inspirasiku menulis challenge ini setiap harinya, yang rela disita waktunya untuk kuajak diskusi tema dan ide tulisan, dll. InsyaAllah ke depannya, mulai tahun baru 2021 aku akan fokus ngeblog dan sharing berbagai hal (yang insyaAllah bermanfaat) kepada kalian semua. Bismillah, ingin menekuni pekerjaan sebagai blogger. Doakan aku semoga bisa istiqomah ya, aamiin. Sekian tulisan terakhirku di 2020, dan kuucapkan selamat tahun baru. Semoga tahun 2021 kita akan kembali menjumpai pelangi setelah hujan deras berkepanjangan di 2020. Aku pamit.
Masih ingat dengan janjiku di hari ke-18? Ketika teman-temanku berkata aku orangnya ambisius, aku menjawab tentang goals yang akan kuceritakan di hari ke-29. Dan inilah harinya. Sebenarnya aku tak terlalu yakin menceritakan ini. Jika kamu memasuki usia 20-an pasti paham alasannya. Semakin bertambah usia, semakin bingung hidup akan dibawa kemana. Segala rencana yang tersusun saat kau masih berusia 13-15 tahun seketika menguap di usia 20-an. Dan itulah yang kurasakan kini. Terlebih aku merasa, bahwa kebutuhan hidup manusia kini semakin tinggi, beda sekali rasanya dibandingkan 5-10 tahun lalu. Contohnya saja, anak muda sekarang semakin melek finansial, mulai mencoba investasi, mencari pekerjaan sana-sini, kuliah minimal S2 karena persaingan mencari kebutuhan hidup semakin tinggi. Right?
Aku juga merasa bahwa tidak cukup hanya bercita-cita kuliah S2 di luar negeri tapi juga harus memikirkan hal-hal detail mengenai studi apa yang akan diambil, bidang pekerjaan apa yang ingin ditekuni, semakin detail dan rumit. Makin banyak mikir makin pusing. Karena perubahan kebutuhan hidup ini, sepertinya aku pun mulai merubah target dan tujuanku. Dua tahun lagi insyaAllah aku lulus S1 (Aamiin). Setelah lulus mau kemana? Ini pertanyaan yang sulit. Aku berkeinginan melanjutkan S2 entah di mana pastinya. Ada 3 pilihan, tapi masih dalam pertimbangan karena persyaratan pilihan satu dengan lainnya nggak selaras. Ada yang mewajibkan untuk kerja dulu setidaknya 1-2 tahun, ada yang harus tes ini, sedangkan pilihan lainnya harus tes itu, dsb. Doain yang terbaik aja.
Kalo ditanya pengennya apa, aku sih pengennya kuliah sambil remote working wkwk. Di bidang apa? Setelah ditimbang-timbang kayaknya aku lebih cocok kerja di dalam ruangan, menjadi tim editorial atau sejenisnya. Andaikan menjadi jurnalis pun, nggak yang ke mana-mana tiap hari pindah-pindah tempat. Pengennya jadi penulis aja sih kalau bisa. Mungkin di penerbitan? Oh ya, sejak kecil aku punya cita-cita bikin penerbitan dan perpustakaan sendiri, semoga aku bisa mewujudkannya. Aamiin. Siapa tahu ada yang mau ngajak kolaborasi, aku siap menerimanya lewat email ataupun DM sosial media.
Soal pendidikan dan karier sudah, hehe aku tahu pasti ingin membahas tentang goals personal ya. Hal yang nggak aku suka ketika menginjak usia 20-an adalah mendapat pertanyaan "Mau nikah umur berapa?" Temen-temen deketku paham kalau alin tipe-tipe wanita karir yang tidak memikirkan soal itu, bahkan kalau bisa jauh-jauh deh wkwk. Aku pernah nyeletuk kalau nggak mau nikah dan berakhir diceramahi sama temen-temenku mulai dari temen cewek hingga cowok wkwk. (Semenjak tinggal di Ankara) akhirnya aku mengalah. Okay aku mau nikah setelah aku bisa mencapai goals terbesarku. Kalau baru tercapainya 5 atau 10 tahun lagi ya setelahnya itu berarti. Goalsnya apa? Rahasia haha. Ketika aku berkata seperti ini pada teman-temanku mereka serentak menjawab "Semoga 2 atau 3 tahun lagi ya tercapainya." Aku hendak mengamini, but wait... kalau goalsnya lebih cepat tercapai berarti...? Oh no! Sepertinya aku akan membuat syarat-syarat yang lainnya haha.
Alasannya bukan karena apa, aku realistis saja bahwa aku masih butuh banyak belajar dan mengupgrade diri. Aku ingin menjadi wanita yang mandiri biar nggak banyak drama nantinya. Yang bisa nyetir mobil sendiri, paham ilmu dasar reparasi mobil, bisa pasang LPG, bisa benerin dan ganti lampu yang rusak dan berbagai keterampilan lainnya. Dan aku tidak bisa menjanjikan kapan aku bisa paham dengan ilmu-ilmu tersebut. Itulah sebabnya untuk siapapun kamu, maukah tuk menunggu?
Sebelumnya kuucapkan maaf yang setulus-tulusnya karena masih ada hutang yang belum terbayar. Udah gagal lah ini hitungan rutin 30 harinya wkwk. Tapi, ya sudahlah tidak apa-apa, setidaknya aku masih ada keinginan dan menyempatkan waktu untuk melunasinya. Mungkin tulisan ini tidak akan panjang karena aku berusaha menyelesaikan writing challenge segera. Berbicara topik di hari ke-28, btw dua minggu yang lalu aku baru saja menyelesaikan sebuah buku karya Alvi Syahrin yang berjudul Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta. Mungkin banyak dari kalian yang sudah membaca buku ini. Aku emang agak telat sih, maklum anak rantau agak susah baca buku berbahasa Indonesia. Aku membelinya dalam bentuk ebook dari Google Play Books. Legal dong wkwk.
Bukunya sebenarnya lebih cocok dibaca oleh orang-orang yang baru mengalami patah hati, sakit, terluka, atau keewa. Bakal lebih ngena aja rasanya. Isinya petuah-petuah bijaksana dari segala aspek dan jenis patah hati, lengkap banget. Bahkan mengambil hikmah patah hari dari segi agama juga. Terdiri dari 45 bab dengan setiap babnya berisi cerita singkat rata-rata sekitar 2-3 halaman. Aku setuju banget dengan tulisan penulis dalam buku ini. Tentang mencintai setulusnya tapi tetap harus realistis, tentang ekspektasi yang kita buat dan akhirnya seringkali membuat hati kita sakit, tentang move on, restu orang tua, dsb. Ada beberapa bab yang ngena banget buat aku, mungkin karena masih relate ya haha, but overall emang bagus sih. Aku suka banget bab yang berjudul "Cowok Juga Bisa Jadi Korban". Terkadang cewek terlalu egois, ketika merasakan sakit dan patah hati, seolah-olah dia korbannya dan cowoknya yang salah. Mari menjadi dewasa dan introspeksi masing-masing. "Laki-laki dan perempuan sama-sama manusia. Manusia bukan malaikat. Manusia melakukan kesalahan."
Dari buku ini aku belajar lagi bahwa jatuh cinta boleh, mencintai boleh, bucin boleh asalkan masih dalam batas wajar dan realistis. Jangan karena kau cinta kau menjadi bodoh dengan menyakiti diri sendiri entah melalui ekspektasi tinggi tentangnya yang kau buat dan nyatanya tidak memenuhi ekspektasi itu, entah juga dengan kamu yang selalu saja kembali walau terus menerus disakiti. Please jangan bertahan pada toxic relationship. Nggak ada jaminan dia bakal berubah setelah setahun dua tahun kalian bersama. Entah juga kamu terlalu bodoh sehingga mengorbankan impian dan masa depan. No way. Lebih baik fokus pada diri masing-masing dan mencintai sewajarnya saja. Dan satu lagi, jangan khawatir soal jodoh, bersedih karena masih saja sendiri, semua akan indah pada waktunya kok.
Ada hutang yang harus dilunasi, jadi aku menyempatkan untuk segera menyelesaikan challenge ini. Aku tahu, seharusnya challenge ini selesai hari Minggu kemarin. Tapi karena aku sudah minggu kedua masuk kuliah, kalau sudah masuk kuliah begini memang susah menepati janji yang membutuhkan istiqomah. Terlebih aku juga ada beberapa urusan kerjaan yang harus diselesaikan. Mari kita coba menunaikan challenge yang tinggal beberapa hari ini.
Awalnya yang membuat aku stuck minggu lalu selain banyaknya deadline yang datang, juga karena tema hari ke-27 ini. Seseorang yang menginspirasiku. Bingung mau mulai darimana nulisnya. Tapi malam ini aku menemukan jawabannya (makanya langsung mulai nulis ini wkwk). Bukannya peres atau apa, tapi beneran, nggak ada satu orang khusus dan spesial yang sangat menginspirasiku. Banyak sekali. Mulai dari orang tua yang menginspirasiku untuk tetap kuat dan tegar menjalani hidup dan menghadapi misteri hidup, hingga teman-teman yang menginspirasiku untuk tetap semangat dalam meraih mimpi.
Malam ini seusai kuliah daring yang cukup membuatku bosan dan pusing di 30 menit terakhir, aku meluangkan waktu menggulir layar instagram, menengok kabar teman-temanku melalui story-nya. Dan aku tersadar beberapa hal, teman-temanku mulai banyak yang wisuda. Merasa senang dan bangga melihatnya. Mereka berhasil melalui satu tahap kehidupan, bahkan dengan berbagai tambahan prestasi lainnya. Aku selalu kagum dengan teman-teman FOR-ku, sejak 4 tahun yang lalu saat kami pertama kali bertemu sampai kini sudah ada yang lulus. Keren dan menginspirasi banget, masyaAllah. Kalau bahasa Turkinya sih, kerennya anlatamaz
Mari kita telaah satu persatu. Nggak semua sih, nggak sanggup nyeritain 299 orang-orang keren (kok 299? Nggak 300? Iya, satu orangnya adalah aku dan aku nggak termasuk wkwk). Mungkin aku hanya menyebut beberapa nama yang saat ini muncul di kepala. Aku akan mulai dari orang yang menginspirasiku untuk nulis ini. Ditha Adinda. Aku biasa manggil kakdith (padahal lebih tua gue setahun wkwk). Semangatnya untuk terus mengejar mimpi dan percaya pada kekuatan mimpi membuatku dapat menginjakkan kaki di negeri dua benua ini. Semangatnya dia kayak nular gitu lho. Daebak lah. Dan hari ini dia wisuda dengan nilai cumlaude. Jangan kira kakdith nerd yang kuliah mulu. Dia aktif banget, mobilitasnya tinggi. Di sela-sela kuliahnya dia juga menjadi jurnalis, content writer, mapres, dan masih ikut duta-dutaan. Keren ga tuh. Envy sumpah haha.
Selanjutnya, sobat delegasi Jatimku yang tidak lain tidak bukan Betzy Alimanda. Biasa dipanggil Betzy. Nggak tahu kalimat apa lagi yang bisa mewakilkan betapa kerennya dia. Mahasiswi UNESA ini aktif banget. Selain menjadi mapres, dia juga aktif terlibat di beberapa organisasi NGO di bidang sosial. Hobinya ikut kegiatan skala nasional dan internasional. Sewaktu aku menghabiskan liburan summer 2018, Betzy sempat menginap di rumahku karena dia habis ada kegiatan di dekat rumahku. Mendengar ceritanya membuatku sadar, 2 tahun di Turki aku sudah ngapain aja? Bukankah seharusnya kesempatan dan peluang semakin terbuka lebar? Tapi aku malah memilih jalan menjadi mahasiswa kupu-kupu. Bodohnya aku :"
Orang selanjutnya, teman dan sahabat terbaik yang selalu aku ganggu dan repotin nggak kenal waktu wkwk (untung dia masih sabar). Syekh Arpi Ageng namanya. Panggil saja Ageng. Mahasiswa AMIKOM Yogyakarta ini panutan banget. Tapi hobinya selalu merendah untuk meroket :v. Dia langganan menang lomba inovasi gitu. Bukan lagi skala nasional, tapi sudah merambah ke skala internasional. Berkat medali emas yang berhasil disabetnya pada kompetisi Asia Youth Innovation Awards di Malaysia, kelulusannya dijamin 100% oleh kampus. Bahkan dia mendapat privilege untuk langsung lulus tanpa skripsi. Mantap ga tuh. Udah deh buruan wisuda sana. Oh ya, dia juga pendiri Kalbar Student Forum (Dulu namanya masih Ketapang Student Forum, sekarang udah sukses meluas jadi Kalbar). Sering banget diundang jadi pembicara tapi ngakunya selalu gabut dan banyak waktu luang, hmm ga paham lagi dengan orang-orang kayak gini. Oh ya, aku kasih satu rahasia. Secara tidak langsung, dia yang banyak banget bantu aku untuk dapat beasiswa YTB. Mulai dari menulis esai, tips wawancara, membuat mind map yang menarik sampai mendengar sambatanku kuliah di Turki wkwk (yang terakhir penting itu :v). Maka dari itu, buat kalian yang mau daftar beasiswa apapun langsung berguru aja sama Ageng.
Siapa lagi ya haha. Banyak banget. Oh ya, ada Harris Hendrik, si hits UGM. Aku jarang ngobrol sama dia sih, tapi aku selalu memantau aktivitasnya di instagram yang inspiring banget. Ada juga Azil si Duta Genre, hmm banyak sih anak FOR yang ikut Duta Genre dan duta-duta lainnya. Dari sudut pandangku nih ya, teman-teman FOR-ku tuh isinya anak-anak yang rajin, hobi ikut kegiatan dan lomba, berkecimpung di dunia duta-dutaan, aktif organisasi, hobi banget exchange. Annfir, salah satu kawan FOR 8 yang juga kuliah di Turki, kini sudah berada di bumi belahan lainnya. Beberapa hari lalu ia berangkat erasmus ke Ceko. Good luck, Fir! Merasa bangga punya teman seperti mereka, bersyukur dikasih kesempatan bisa berkenalan dengan mereka. Ya kadang sih rasa bangga dan envy bercampur jadi satu haha. Envy yang positif kok :)
Lalu, Alin gimana? Haha Alin mah gini-gini aja, yang masih mencari letak hebatnya di mana. Masih terus belajar dan menggali potensi diri sambil terus mengambil pelajaran dari kisah-kisah inspiratifnya teman-teman. Saling mendoakan ya agar kita bisa sukses bareng ^^
Kayaknya kalian udah tahu kalau aku mahasiswa jurnalistik di Ankara Hacı Bayram Veli University, Ankara Turki. Atau mungkin yang pernah baca ceritaku tentang Türkiye Bursları bingung, bukannya LoA-nya di Gazi University ya, kok jadi Ankara Hacı Bayram Veli University. Hmm, aku akan menceritakannya setelah ini. Oh ya, biar nggak kepanjangan nama univnya aku akan mempersingkatnya jadi AHBV.
Ketika aku datang ke Turki tahun 2017, aku memang terdaftar sebagai mahasiswa Gazi dan mengemban pendidikan Tömer (kursus bahasa Turki) di Gazi. Tapi setahun berlalu (nggak nyampe setahun malah) ada suatu putusan bahwa beberapa univ negeri di Turki akan dipecah jadi 2, Gazi univ salah satunya. Aku tak begitu mengerti sebabnya karena saat itu bahasa Turkiku masih cukup buruk mengikuti berita yang ada. Aku dengar-dengar sih karena kebanyakan mahasiswa. Sempat terjadi demo mahasiswa di kampus, menolak putusan ini. Tapi sia-sia, karena toh akhirnya tetap dipecah jadi 2. Pecahannya Gazi memiliki nama univ baru yaitu AHBV. Terus fakultasnya gimana? Nah, jurusan sosial kecuali pendidikan berubah menjadi AHBV. Sedangkan jurusan sains, medis, teknik dsb plus pendidikan masih di bawah nama Gazi. Kenapa fakultas pendidikan nggak jadi AHBV? Karena fakultas pertama Gazi univ yaitu fakultas pendidikan, jadi mereka masih mempertahankannya.
Karena putusan inilah, ketika aku mulai masuk kuliah di semester pertama otomatis aku sudah menjadi mahasiswa AHBV. Kuliah semester pertama di univ baru itu agak greget. Karena masih dalam masa peralihan, semuanya serba tidak jelas. Tiap semester aku pindah kelas dan gedung. Semester pertama aku masih di gedung fakultas komunikasi yang lama, bersebelahan dengan gedung FKG. Namun di semester dua, kami harus pindah karena terjadi sedikit polemik dengan Gazi. Katanya, gedung tersebut milik Gazi univ, sedangkan kami yang sudah berubah menjadi AHBV harus pindah. Kami pun pindah ke gedung pusat. Letaknya masih satu area dengan Gazi univ, tapi lokasi gedung AHBV jauh di belakang. Itu pun dulunya dipergunakan sebagai gedung wisuda Gazi univ. Jadi aku harus memutar lewat pintu belakang untuk rute tercepat menuju gedung AHBV (namanya gedung toki). Jangan kira, gedung rektorat AHBV terletak di situ juga. Terpisah. Bahkan beda daerah, wkwk aneh kan. Ya beginilah nasib kampus baru gapunya gedung.
Di semester dua, bisa dibilang kami masih belum punya kelas. Kami melangsungkan pembelajaran di ruang konferensi dengan kursi bertingkat tanpa meja. Selama satu semester kakiku pegel banget karena paha harus menjadi tumpuan buku, pengganti meja. Semester tiga, kami masih menempati ruang konferensi, sesekali sih di kelas yang layak untuk matkul yang mahasiswanya tidak terlalu banyak. Semester empat, akhirnya kami benar-benar mendapatkan kelas yang layak. Kelas kami terletak di blok A, satu blok dengan fakultas sosial dan sastra. Ada 3 lantai di blok A, dan fakultas komunikasi menempati lantai 3. Lantai baru. Bahkan di beberapa kelas fasilitas seperti proyektor masih belum berfungsi dengan baik. Eh baru 1,5 bulan ngerasain kelas enak, udah korona aja wkwk. Tapi jadinya nggak bosen sih dengan kelas yang pindah melulu setiap semesternya. Cuma agak capek aja. Jaraknya agak jauh dari asrama, apalagi harus lewat pintu belakang biar lebih cepat. Tandanya aku harus naik bus agar tidak telat. Kalau mau jalan, jadinya lewat depan. Sekitar 20 menit baru nyampe gerbang utama, masih harus jalan sekitar 10 menit lagi ke belakang untuk sampai di gedung fakultas.
Yang bikin ribet adalah urusan identitas kampus. Kartu mahasiswa misalnya. Aku baru mendapat kartu mahasiswa di semester 3. Itu pun dengan berbagai perjuangan, terlebih aku mahasiswa asing yang banyak banget persyaratannya hanya untuk mendapatkan kartu mahasiswa. Yap, menjadi mahasiswa asing di negeri orang harus banyak-banyak sabar. Kalau udah capek istirahat aja dulu, perjuangannya dilanjut besok :)
Tapi aku tetap bersyukur kuliah di fakultas komunikasi ex-Gazi. Dosennya tetap sama, kualitas pengajarannya juga masih sama baiknya. Kualitas harus sebanding dengan usaha yang dikeluarkan lah ya. Itulah sebabnya, aku sering mendengar persepsi anak luar kota kalau melihat anak Ankara, katanya wajah-wajah anak rajin semua yang doyan belajar dan serius gitu. Wkwk kocak banget sih ini. Hmm ya gimana ya. Keadaannya memang menuntut untuk seperti itu. Pilihannya cuma 2, beban mata kuliah yang tinggi atau jam per mata kuliah yang lama.
Contohnya temanku yang kuliah di jurusan ekonomi, jumlah mata kuliah dia per semester tidak sebanyak jurusanku. Jam per mata kuliah juga tidak selama jurusanku. Tapi beban per matkul dia cukup besar. Ada yang 5 sks, 6 sks, dan 8 sks. Sekalinya nilai ujian dapet kecil bisa kacau itu. Itulah salah satu sebab mengapa anak Ankara 'kelihatan rajin'. Nah anehnya, bedanya dengan jurusanku yaitu berapapun sks per mata kuliah (paling tinggi 6 sks), untuk satu matkul 170 menit. Bayangin aja hampir 3 jam di kelas, bosen banget sumpah wkwk apalagi kalau kelas sejarah. Itu baru untuk satu matkul. Andaikan sehari ada 3 matkul, udah bisa dijuluki budak kampus. Dari pagi sampai sore berada di kampus. Kesannya kayak ngampus mulu. Oh ya, kami memulai kelas pukul 08.30. Please ini nggak siang kalau musim dingin. 07.30 matahari baru terbit. Kalau ada kelas pagi di musim dingin itu perjuangan banget. Habis subuh dingin banget masih gelap udah harus berangkat.
Aku nggak menganggap yang kuliah di luar kota selain Ankara lebih santai. Semua ada tantangan dan perjuangannya sendiri-sendiri. Toh kami semua sama, yang nangis-nangis tiap malem menjelang ujian, yang kepala sampai panas nggak ngerti dosen ngomong apa, yang harus jungkir balik untuk bisa lulus di setiap matkul. Untuk teman-teman seperjuanganku, semangat! Semoga dilancarkan. 2022 insyaAllah kita lulus kok. Aamiin.
Oh ya, buat yang kepo keseharianku ketika hari kuliah, tonton vlogku ya. Ini video aku buat tahun lalu sih, awal semester 3. Masih menempati dua tipe kelas di blok berbeda (ruang konferensi di blok F, ruang kelas di blok A). Jangan lupa subscribe YouTube-ku juga ya. HEHE.
Day 25: Something inspired of the 11th image on your phone
YaAllah, ini tema challenge makin lama kenapa makin random aja yak wkwk. Aku nggak hobi foto atau selfie, isi galeri hp-ku kebanyakan foto kucing atau nggak screenshot dan foto dari chat whatsapp. Kebetulan sekali foto ke-11 di hp-ku adalah foto kucing.
Mereka adalah salah dua dari 3 kucing yang masih bertahan di rumah. Namanya Tamtam dan Manap. Kayak kembar ya, tapi mereka lahir di bulan yang berbeda. Anggap saja kakak adik. Tubuhnya tentu saja lebih besar Tamtam. Yang bisa duduk itu Tamtam. Oh ya, ada kisah menarik di balik nama Manap. Nama lengkapnya Dul Manap. Papa yang kasih nama. Papa kalau ngasih nama kucing memang gapernah ada yang bener. Nama Dul Manap udah kayak nama kepala sekolah wkwk. Alasannya simpel, karena sepertinya ia jantan. Tapi ternyata setelah beberapa bulan dan tumbuh dewasa, baru diketahui bahwa jenis kelamin Manap yaitu betina haha. Tapi sudah terlanjur namanya seperti itu ya sudahlah. Toh ia juga sudah terbiasa dipanggil Manap.
Kemiripan Tamtam dan Manap terkadang membuatku susah membedakan mereka jika mereka sedang tidak bersama. Kalau mereka bersebelahan tidak susah kok membedakannya. Tamtam badannya gede banget. Saking gedenya ia jadi bisa duduk jika sedang ingin menjilati tubuh bagian belakangnya. Kalau kata kakakku sih karena kegedean perut dan pantat, jadinya kayak keganjel gitu haha. Oh ya, papa pernah mengukur panjang badan plus ekor Tamtam. Tercatat 94 cm. Lebih dari setengah tinggi badanku. Hobinya makan dan main, kadang suka nggak sadar diri juga dengan badannya yang gede. Ia sering memaksakan diri masuk ke dalam kardus kecil atau tidur di antara kardus dan tangga yang terletak di gudang. Tak apalah, kucing kan makhluk cair.
Ia juga senang sekali masuk kamar mandi dan berdiri di tepi bak mandi. Jika ada orang yang mau ke kamar mandi ia selalu membuntuti. Entah ngapain, kecebur bak mandi baru tau rasa dah wkwk. Hal yang paling menyeramkan dari memelihara kucing yaitu saat memandikannya. Tidak ada satu pun kucing di rumahku yang doyan mandi. Wah seramnya minta ampun. Coco contohnya. Nggak ada yang berani mandiin dia. Entah sudah berapa bulan atau bahkan tahun dia nggak mandi. Tamtam juga begitu. Besarnya tubuh dia membuat dia susah dimandiin. Gede banget woy wkwk. Banyak gerak pula. Kan ribet yak.
Meski begitu, kucing-kucingku adalah tipe kucing yang manja. Terlalu dimanja dan disayang sama budaknya sih wkwk. Nama kucing jantan yang disematkan padanya, berharap ia jadi kelihatan lebih macho terasa sia-sia. Sama orang asing dan kucing liar aja takut, gimana mau jadi jagoan. Tapi tak apa, karena bagaimanapun sifat dia kami sekeluarga tetaplah budak sejatinya. Yup, kami budak kucing.
"Ikhlas itu apa? Ikhlas itu kayak gimana?" pertanyaan itu menjadi pertanyaan terbesar dalam hidupku beberapa tahun silam. Ada yang bilang, definisi ikhlas itu dari hati bukan dari lisan. Hanya hati kita sendiri yang tahu bagaimana rasa ikhlas itu. Aku nggak tahu, apakah aku bisa ikhlas. Aku tipe orang yang susah sekali mendeskripsikan apa yang kurasa. Rasanya seperti orang yang mati rasa. Harusnya tulisan ini menceritakan tentang suatu pelajaran yang sudah kupelajari. Tapi, ikhlas ini masih kupelajari hingga detik ini.
Aku bisa saja lupa, tapi jika suatu saat teringat lagi, aku masih bisa merasakan dengan jelas apa yang kurasa saat mengalami peristiwa apapun itu. Apakah itu ikhlas? Aku tak yakin. Ikhlas menjadi pelajaran dan ujian hidup yang sepertinya tak pernah berhasil kulalui. Aku tak lulus dalam ujian ikhlas. Apalagi jika kupikir-pikir, ikhlas ini banyak konteksnya, ujian ikhlas bermacam-macam jenisnya. Aku mungkin bisa ikhlas di satu hal, tapi susah di lain hal. Menjadi beban di pikiran selama bertahun-tahun dan buruknya merubah prinsip dan tujuan hidupku.
Tiap kali aku berada di titik terbawah, papa selalu memberiku wejangan untuk sabar dan ikhlas. Dan aku selalu menghela napas panjang setiap kali mendengar perintah untuk ikhlas. Rasanya seperti tak ada habisnya ujian ikhlas ini. Baru saja selesai ujian ikhlas yang kemarin sudah harus ujian ikhlas yang lain. Tapi papa selalu bilang, namanya naik kelas pasti ujiannya lebih susah. Mana ada soal ujian kelas 5 lebih mudah dari soal ujian kelas 4. Hmm benar juga sih.
Ikhlas menjadi pelajaran tersulit semenjak aku mengetahui kerasnya kehidupan dan rahasia takdir. Aku dulunya orang yang sangat idealis dan keras kepala, hingga akhirnya kenyataan memutar balikkan hidupku. Lambat laun, aku belajar untuk menjadi orang yang realistis dan pasrah pada takdir. Sekeras apapun kita berusaha, jika bukan takdirnya kita bisa apa :) Aku tahu, ikhlas adalah kunci dari segalanya. Dan aku juga tahu, itu akan menjadi pelajaran dan PR terbesar untukku entah sampai kapan. Kalau menurutmu, ikhlas itu apa?
Disclaimer: Aku tak berniat menulis ini, biarkan jemariku yang mengikuti kata hati. Sebenarnya aku sedang malas mendengarkan kata hati saat ini. Aku tak tahu bagaimana awal dan akhir dari surat ini nantinya. Aku harap kamu dan kalian tak akan terkejut.
sumber: unsplash
Hai, siapapun kamu, pernahkah kamu merindukan seseorang hingga terasa sesak? Rasanya ingin menangis? Atau bahkan bantal di kamarmu sudah mulai basah? Jika pernah atau mungkin saat ini sedang merasakannya, mari merapat bersamaku. Aku ingin bercerita tentang seseorang yang membuat hari-hariku tak karuan beberapa minggu terakhir. Aku sebenarnya tak yakin ingin menceritakannya. Tapi sudah setengah jam aku menulis topik hari ini yang selalu berakhir dengan menekan tombol delete setelah satu paragraf. Jika akhirnya ia membaca ini dan marah padaku, tak apa. Aku sudah siap. Sangat siap :)
Sebut saja ia manusia "Mediator". Manusia "Mediator" itu unik dan beda meskipun di saat seperti sekarang ini menjadi manusia paling asing bagiku. Aku seperti tak pernah mengenalnya. Ya, saat moodnya berada di bawah. Padahal hampir setengah tahun sudah aku mengenalnya lebih dekat, walau aku tak pernah merasa sedekat itu. Dia terlalu misterius. Aku bingung, tak tahu harus berbuat apa jika sudah begini. Berasa jadi Raisa. Serba salah. Meskipun kayaknya "Mbak Yaya" nggak pernah salah sih. Aku benar-benar tak tahu harus berbuat apa jika komunikasi sudah berjalan satu arah. Daripada aku membuang air mataku lagi, biarkan air mata itu berubah menjadi sebuah tulisan saja. Iya kan?
Pernahkah kamu capek merindukan seseorang? Capek rindu karena tak bisa berbuat apa-apa gara-gara keadaan. Itulah aku saat ini. Aku tak mungkin menanyakan sebuah pertanyaan seperti di awal tulisan jika itu bukan diriku. Aku memang merindukan manusia "Mediator" itu. Tapi aku juga capek merindukannya. Jika aku bisa mengatur isi hati, ingin rasanya sekali saja menghilangkan rasa itu. Namun tak bisa. Terlebih akhir-akhir ini ia mulai mengacaukan hari-hariku lewat sebuah bunga tidur. Konyol memang. Tapi untuk manusia seperti diriku, mimpi itu damage-nya luar biasa. Mimpi satu malam bisa memengaruhi mood dan kondisi hati keeseokan harinya, sehari penuh. Udah berapa kali mimpi? Seingatku sudah 4 kali meski tidak setiap hari tapi di waktu yang berdekatan, terakhir kali yaitu tadi malam. Meskipun berakhir mimpi buruk sih wkwk.
Jangan coba kau cari tahu siapa manusia "Mediator" itu. Sebab, ia tak akan mau berkenalan denganmu. Jika kau menemukannya, akulah taruhannya. Ia sangat misterius, dan tetap ingin menjadi sosok misterius. Jika kau tanya mengapa harus dia, kini aku sudah punya jawabannya. Setelah 3 bulan pencarian jawaban yang logis. Ia berbeda. Pokoknya beda. Bukan karena sekadar rasa nyaman seperti alasan kebanyakan orang. Tai kucing lah sama nyaman. Nyaman itu jebakan sebelum ada kepastian. Jikalau aku beralasan karena nyaman, aku nggak munafik kalau aku juga pernah merasa nyaman dengan manusia lain. Tapi bukan itu. Ia membuatku merasa lebih dari sekadar rasa nyaman. Tapi juga aman, tenang dan lega. Dan itu tak pernah kutemukan pada manusia lain. Hanya pada manusia "Mediator" satu ini. Manusia lain hanya memberikan rasa senang tapi tidak dengan ketenangan. Itulah hebatnya dia. Dengan segala sifat tenang dan sikap bijaksananya (aku tahu, ia pasti selalu kesal jika aku menyebutnya sosok yang bijak), ia mampu meredam sifatku yang berapi-api, menggebu-gebu; meredam emosi dan menurunkan egoku.
Manusia "Mediator" ini memang aneh. Terkadang rumit dan terlalu tertutup, seringnya sih menyebalkan. Tapi aku selalu suka dan kagum dengan sifat-sifatnya yang lainnya. Aneh kan? Aku bersyukur semesta telah membiarkan ia masuk ke dalam kehidupanku yang rumit. Aku tak pernah menyesali itu (sepertinya sih dia yang menyesal wkwk). Karena apapun dan siapapun yang semesta hadirkan dalam hidupku kuyakin membawa pesan dan pelajaran untukku. Dan teruntuk semesta, kapankah 'indah pada waktunya' itu tiba?
Setelah kemarin nulisnya agak bener, hari ini jadi balik ke curhat lagi ya haha. Emang ya, writing challenge ini nano-nano banget. Hari Sabtu, hari yang cukup melelahkan. Pekan ini cukup penat dengan berbagai deadline yang menanti. Sudah 3 hari terakhir (termasuk hari ini) kepala rasanya berat banget serasa ingin meledak. Hari ini, hari terakhir online class IIDN. Banyak hal baru yang kupelajari seputar dunia blog ini berkat IIDN. Buktinya sedikit banyak telah membawa perubahan pada blogku. Dan kabar yang paling penting, pendaftaran adsense blogku diterima yeay, alhamdulillah. Ini sebagai tanda langkah awalku untuk serius menjadi blogger. Aku tahu, ini pasti tidak akan mudah. Semua butuh proses. Doakan aku supaya istiqomah. Setelah writing challenge ini selesai, aku akan mulai pelan-pelan menulis hal yang bermanfaat. Mungkin akan dimulai dengan pengalaman mendaftar adsense untuk blog. Ditunggu saja.
Sejujurnya mataku sudah menjerit saat kelas berlangsung. Bayangkan saja, sejak Senin aku berada di depan layar sejak pagi hingga malam. Kantung mataku sepertinya sudah mempunyai kantung mata lagi. Sayangnya, keinginan untuk rebahan, merem dan tidur itu lagi-lagi harus tertunda setelah menerima email yang sebenarnya cukup menggembirakan. Tapi tetap saja tidak menggembirakan untuk kantung mataku. Aku lolos seleksi internship tahap pertama di salah satu media online anak muda. Seleksi tahap kedua aku disuruh membuat 2 artikel dengan tema yang sudah ditentukan. Batas waktu pengiriman maksimal tanggal 4 pukul 20.00 WIB, yang mana aku hanya punya waktu 24 jam untuk menyelesaikan 2 artikel. Fix ga tidur ini. Andaikan aku tidur malam ini dan mengerjakannya esok pagi, waktunya nggak akan cukup. Karena aku hanya punya waktu hingga pukul 16.00 waktu Turki.
Bayangkan saja, seminggu otak dipake untuk mikir keras, weekend udah sisa-sisa energi terakhir eh tapi masih harus diusahakan untuk berpikir lagi. Untungnya malem udah selesai sih, meskipun sampe jam 3 pagi ngerjainnya. Tapi yang penting kelar dulu, biar weekendku tenang karena aku sudah sangat butuh me-time. Hmm tak ada hal lain yang menarik lagi dari hari Sabtuku. Isinya hanya deadline, deadline dan deadline. Aku harap pekan depan agak longgar meskipun nggak yakin juga sih wkwk, apalagi pekan depan sudah mulai masuk kuliah. Kuliah online lagi. Untungnya writing challenge ini sisa beberapa hari lagi, sehingga tidak akan membuatku kewalahan nantinya. Kalau kamu, gimana harimu? Aku rindu dengar ceritamu.