#30 Days Writing Challenge : Day 13 (Kesehatan Mental)

#30 Days Writing Challenge : Day 13 (Kesehatan Mental)

Posted by Alinda Putri on Jumat, September 25, 2020 in Writing Challenge,

Day 13: Favourite Book

(Baca: Challenge day 12)

Aku ingin membahas buku yang pernah kubaca. Bukan favorit sih, karena aku bukan tipe orang yang terlalu menyukai sesuatu. Aku jarang sekali membaca suatu buku lebih dari sekali. Setelah selesai membacanya aku akan membaca buku yang lain, jadinya ingatan tentang isi buku tersebut mudah terlupa. Akhir tahun lalu aku sempat mengalami mood-swing berkepanjangan dan merasa bahwa mentalku sedang tidak baik-baik saja. Kebetulan sekali aku menemukan postingan di instagramnya Riliv tentang rekomendasi buku yang membahas kesehatan mental. Aku pun segera mencarinya di ipusnas. Sayangnya aku hanya menemukan 2 dari 5 buku yang direkomendasikan.

Buku pertama yang kubaca berjudul A untuk Amanda karya Annisa Ihsani. Menceritakan tentang Amanda yang mengalami depresi. Penyebabnya hanya satu, ia mendapatkan satu nilai bukan A dan itu menghancurkan hidup Amanda, dan Sang ibu selalu marah karena hal ini. Sejak dini, kesempurnaan sudah menjadi atribut yang harus dipakai oleh Amanda. Jalan ceritanya menarik, aku pun belajar istilah-istilah baru dalam psikologi namun mungkin karena saat itu aku juga tengah depresi, membaca buku ini membuat jiwa dan mentalku semakin buruk. Pikiran-pikiran negatif dan overthinking yang dialami Amanda seakan ikut merasuk ke dalam pikiranku. Bukunya recommended banget buat orang-orang yang agak ambi dan perfeksionis.

Buku kedua yaitu Gelombang Lautan Jiwa (Anta Samsara). Merupakan buku catatan perjalanan penulis sebagai seorang yang mengalami skizofrenia. Anta Samsara, menuliskan kisah nyata saat dirinya berusaha lepas dari stigma dan cerita batinnya. Ia bangkit dan mencoba meraih kemenangan jiwa. Buku ini sangat kurekomendasikan untuk dibaca. Karena merupakan buku memoar, setiap kisahnya dijelaskan dengan sangat detail bahkan mulai ia lahir hingga dewasa. Minimnya pengetahuan lingkungan sekitar tentang skizofrenia ketika ia remaja membuat dirinya berjuang sangat keras melawan derita batinnya. Karena aku hanya menemukan 2 dari 5 buku, Gelombang Lautan Jiwa masih menjadi yang terbaik dalam kategori buku kesehatan mental menurutku.

Untuk saat ini, sembari mencari 3 buku yang tersisa, aku sedang menghabiskan buku karya Risa Saraswati. Kalau kalian, apa buku favoritnya? Yuk berbagi di kolom komentar. 

Continue Reading

#30 Days Writing Challenge : Day 12 (Webseries)

#30 Days Writing Challenge : Day 12 (Webseries)

Posted by Alinda Putri on Kamis, September 24, 2020 in Writing Challenge,

Day 12: Favourite TV series

(Baca: Challenge day 11)

"Definisi TV series itu apa?"

"Ya serial TV, yang berepisode-episode gitu."

"Aku kan nggak suka nonton yang episodenya banyak, eh tapi aku nonton webseries di youtube sih."

"Yaudah itu aja."

Tulisan di hari ke-12 ini aku mulai dengan percakapan dua insan manusia tepat satu jam sebelum aku mulai menulis. Dari percakapan di atas kalian bisa memahami ke mana arah tulisan ini akan bermuara. Ya, jujur aku nggak suka nonton series yang episodenya banyak dengan durasi di setiap episodenya cukup lama. Itulah sebabnya aku juga tidak menggandrungi drama korea seperti perempuan pada umumnya. Jangankan nonton series, nonton film yang durasinya 2 jam aja jarang. Tapi sejak tahun lalu aku jadi gemar menonton webseries di youtube.

Bermula dari SORE - Istri dari Masa Depan aku jadi mulai menonton webseries lainnya. Jika kalian melakukan pencarian di youtube dengan keyword "Webseries Indonesia" hampir seluruh webseries yang muncul di sana telah kutonton. Kalau ditanya mana yang paling kusukai hmm rada susah juga karena banyak banget yang bagus. Aku coba ingat-ingat beberapa judulnya ya, dan urutan ini tidak berdasarkan mana yang paling kusuka.

Yang pertama Hijaiyah Cinta karya B3E Production. Berkisah tentang 2 orang lelaki bernama Alif dan Adam yang sedang berjuang untuk menikahi teman SMA-nya bernama Annisa. Tapi ada sosok Salma yang merupakan sahabatnya Alif telah menaruh rasa pada sahabatnya itu. Ini webseries pertama ala-ala islami ta'aruf gitu yang kutonton dan membuat baper sempurna. Sejak nonton Hijaiyah Cinta aku pun mulai subscribe channel B3E Production dan masih nonton webseriesnya yang lain hingga sekarang.

Kedua, Assalamu'alaikum Calon Imam. Yap, ini merupakan film yang diperankan oleh Miller Khan dan diadaptasi menjadi series. Ceritanya kurang lebih sama, dengan pemeran perempuan yang berbeda. Ini juga nggak kalah bikin baper. Ada satu episode yang baper parah sampai kuulang berkali-kali.

Lalu ada juga Yakin Nikah yang membuat diriku bergejolak, Bertepuk Sebelah Friendzone yang saat aku nonton relate sekali wkwk, Anjas, Mengakhiri Cinta dalam 3 Episode, Kopi Paste, Nikah Milenial yang bikin emosi wkwk, Titik Temu dan masih banyak lagi. Oh ya, webseries-nya Pesona Indonesia juga keren banget, nggak cuma ceritanya yang bagus tetapi juga mengenalkan kebudayaan Indonesia. Biasanya webseriesnya produk otomotif (merk mobil) atau bank juga nggak kalah keren.

Sebelum mengakhiri tulisan di hari ini, berikut aku kasih rekomendasi channel webseries youtube yang aku subscribe: B3E Production, Film Maker Muslim, Kevin Hendrawan, KLAKLIK, Pijaru, dan Rumah Zakat. Sekian untuk hari ini, terima kasih yang sudah kasih ide nulis tentang webseries :) dan see you tomorrow!

Continue Reading

#30 Days Writing Challenge : Day 11 (Alit)

#30 Days Writing Challenge : Day 11 (Alit)

Posted by Alinda Putri on Selasa, September 22, 2020 in Writing Challenge,

Day 11: Talk about your siblings

(Baca : Challenge day 10)

Alit

Pada tulisan hari ke-8 aku sudah sedikit menyinggung tentang minat keluargaku di bidang musik. Jadi, apa yang akan kubahas hari ini? Hm okay baiklah mari kucoba. Aku mempunyai dua kakak, laki-laki dan perempuan. Kami semua masih kelahiran '90-an. Selisih usia kakak pertama dengan kakak keduaku 6 tahun, sedangkan kakak keduaku dengan aku hanya 2 tahun. Ketika kecil, aku sangat mengidolakan kakak pertamaku. Hal ini dikarenakan ketika aku lahir, kakak keduaku dibawa dan diasuh oleh budheku (aku memanggilnya bunda) -kakak pertama papa-. Jadi aku tak terlalu dekat dengan kakak perempuanku.

Ketika kecil, aku ingin sekali mengikuti kegiatan yang kakak pertamaku ikuti. Inilah yang membuatku memilih bersekolah di TK ABA. Kau tahu alasannya apa? Aku ingin sekolah yang ada drumband-nya, karena dia ikut ekskul drumband di sekolahnya. Aku juga bilang pada mama, nantinya aku juga mau ikut paduan suara biar sama kayak dia. Apapun yang diikutinya akan kuikuti juga. Aku mengenal game juga darinya. Ketika kakakku khitan dan mendapat hadiah tamiya, aku pun meminta dibelikan tamiya juga. Aku masih ingat tamiyaku berwarna merah meskipun aku sudah lupa nama serinya. Sayangnya aku hanya jongkok di sampingnya dan menyaksikan ketika ia bermain balap tamiya dengan anak-anak tetangga. Katanya aku masih kecil untuk ikutan tanding.

Aku mengenal kakak keduaku saat bunda mengirimi paket berisi foto kakak keduaku. Tak ingat pasti umur berapa aku kala itu. Tapi yang kuingat, aku merasa bingung melihat foto itu. Dalam hati seperti berkata "Ini siapa dah kagak kenal." wkwk ampun mbak. Ia baru kembali ke rumah saat aku hendak masuk SD dan ia kelas 2 SD. Mungkin karena kami dulunya tidak pernah bertemu, kami jadi tidak akur. Saat ia bersekolah di SD dekat rumah, aku memilih sekolah yang jauh. Alasannya agar tidak satu sekolah dengannya. Takut tiap pulang nangis mulu wkwk.

Seiring bertambahnya usia dan semakin dewasa kami mulai jarang berantem. Sesekali masih sih wkwk apalagi kalo lagi badmood. Tapi pada akhirnya dialah yang mengajariku menjadi cewe tulen haha. Mengajariku memasak, make-up dan merawat diri. Walaupun masakan pertamaku diketawain sih. Ya, dia senang sekali memasak dan membuat kue. Tapi dia lebih suka bereksperimen dengan adonan sih ketimbang kue kering. Kalau dia sedang rajin memasak donat, bakpao, bolu kukus atau pizza teflon wah siap-siap deh tangan pegel karena harus jadi asistennya memegang mixer. Mana kadang rada galak pula. Satu yang kusuka, ia jarang sekali menolak jika aku minta dibuatkan cilok kuah dengan bawang putih yang banyak, debest memang cilok kuah buatannya.

Akhir kata, mengutip status facebook kakak pertama pada Desember 2011

Anak pertama hidup dengan nada

Anak kedua hidup dengan boga

Anak ketiga hidup dengan cerita

Continue Reading

#30 Days Writing Challenge : Day 10 (Mereka)

#30 Days Writing Challenge : Day 10 (Mereka)

Posted by Alinda Putri on Senin, September 21, 2020 in Writing Challenge,

Day 10: Your best friend

(Baca : Challenge day 9)

Persahabatan bagai kepompong, hal yang tak mudah berubah jadi indah...

Penggalan lagu di atas akrab kita dengar di tahun 2000-an, menjadi soundtrack sebuah sinetron persahabatan remaja yang ngehits kala itu. Berbicara tentang sahabat, jujur aku tak memiliki sahabat yang tetap akrab hingga bertahun-tahun seperti kisah di novel atau film. Persahabatan sejati sejak kecil hingga mereka menikah.

Aku memang mempunyai banyak teman, tapi tak ada yang seawet kisah di film-film. Ketika kami memilih jalan hidup masing-masing dan jarang bertemu, kami pun mulai jarang berkomunikasi. Pada akhirnya kami hanya sebatas penonton IG story. Tapi, apakah ada orang yang persahabatannya awet? Karena kurasa, kita akan selalu menemukan orang-orang baru. Ada teman sekolah, teman kuliah, teman kerja, dsb. Mungkin ketika sekolah kita berteman dekat dengan ABC, dan kita menyebutnya sahabat. Tapi setelah lulus dan kuliah di tempat berbeda, kita jadi dekat dengan DEF dan menyebutnya sahabat juga. Lalu, manakah yang benar-benar sahabat? Yang tetap selalu ada di kala susah dan senang? Ah, itu jawaban klasik. Karena lingkungannya telah berbeda, permasalahan juga berbeda. Saat kuliah, teman ABC tidak sepenuhnya paham dan mengerti dengan permasalahan di lingkungan kita.

VAMST

Ya, sahabatku terus berganti. Dulu semasa SMA, aku berkawan dekat dengan 4 orang. Kami menyebutnya VAMST yang merupakan singkatan dari nama kami berlima. Veni, Alin, Maya, Sintha dan Tria. Bukan nama geng, kami hanya berusaha mencari nama yang cocok untuk grup whatsapp kami. Isinya orang-orang gila semua haha. Hingga kini kami masih suka mengobrol di grup, apalagi salah seorang di antara kami sudah ada yang menjadi bumil. Bumil sering gabut haha. Ketika jadwalnya pas, kami juga beberapa kali melakukan group call video. Walau seringnya aku jarang ikut karena perbedaan waktu. Lah yang bener aja mereka nelpon jam 07.00-08.00 WIB. Di Turki masih jam 03.00-04.00 masih subuh woy, bahkan kalo winter jam segitu itu subuh juga belum.

Arisan Ankara

Semenjak di Turki, teman dekatku pun berganti. Ada Nahwa, Izzah, Amal dan Rohman. Kami mahasiswa penerima beasiswa S1 di Ankara pada tahun 2017. Dulunya kami berangkat bersama-sama, jadi bisa dibilang setiap detik perjuangan di tanah rantau bersama mereka. Namun sayangnya April 2018 Rohman harus meninggalkan Ankara karena ia keterima beasiswa di Madinah. Kini sisa kami berempat. Walaupun berjauhan kami masih menjaga komunikasi satu sama lain. Kami sangat dekat yang selalu nongkrong dan jalan bareng. Karena hal inilah, cewe-cewe (aku, Nahwa dan Izzah) sering dibilang kembar tiga. Nongkrong bareng mereka nggak pernah membosankan, ya meskipun kalo hari terakhir ujian udah mulai rada gesrek ga jelas sih wkwk. Semenjak pandemi kami nggak bisa kumpul bareng, kangen sih. Akhirnya kami hanya bisa kumpul virtual lewat video call whatsapp. Mulai dari buka bersama, idul fitri, idul adha, sampai main tebak gambar bareng (Belum main among us bareng nih wkwk).

Ya begitulah, setiap masa ada orangnya. Setiap orang ada masanya. Meskipun aku tak tahu mana yang sahabat sejati mengingat orangnya yang berganti, tapi setidaknya aku masih menghubungi mereka sembari nostalgia bersama. Tanpa mereka, hidupku abu-abu. Mereka yang telah menggoreskan warna dalam hidupku. Saling mendukung, menopang, menyemangati serta saling mendoakan. Terima kasih kalian.

Continue Reading