Senin, 21 September 2020

Day 10: Your best friend

(Baca : Challenge day 9)

Persahabatan bagai kepompong, hal yang tak mudah berubah jadi indah...

Penggalan lagu di atas akrab kita dengar di tahun 2000-an, menjadi soundtrack sebuah sinetron persahabatan remaja yang ngehits kala itu. Berbicara tentang sahabat, jujur aku tak memiliki sahabat yang tetap akrab hingga bertahun-tahun seperti kisah di novel atau film. Persahabatan sejati sejak kecil hingga mereka menikah.

Aku memang mempunyai banyak teman, tapi tak ada yang seawet kisah di film-film. Ketika kami memilih jalan hidup masing-masing dan jarang bertemu, kami pun mulai jarang berkomunikasi. Pada akhirnya kami hanya sebatas penonton IG story. Tapi, apakah ada orang yang persahabatannya awet? Karena kurasa, kita akan selalu menemukan orang-orang baru. Ada teman sekolah, teman kuliah, teman kerja, dsb. Mungkin ketika sekolah kita berteman dekat dengan ABC, dan kita menyebutnya sahabat. Tapi setelah lulus dan kuliah di tempat berbeda, kita jadi dekat dengan DEF dan menyebutnya sahabat juga. Lalu, manakah yang benar-benar sahabat? Yang tetap selalu ada di kala susah dan senang? Ah, itu jawaban klasik. Karena lingkungannya telah berbeda, permasalahan juga berbeda. Saat kuliah, teman ABC tidak sepenuhnya paham dan mengerti dengan permasalahan di lingkungan kita.


VAMST

Ya, sahabatku terus berganti. Dulu semasa SMA, aku berkawan dekat dengan 4 orang. Kami menyebutnya VAMST yang merupakan singkatan dari nama kami berlima. Veni, Alin, Maya, Sintha dan Tria. Bukan nama geng, kami hanya berusaha mencari nama yang cocok untuk grup whatsapp kami. Isinya orang-orang gila semua haha. Hingga kini kami masih suka mengobrol di grup, apalagi salah seorang di antara kami sudah ada yang menjadi bumil. Bumil sering gabut haha. Ketika jadwalnya pas, kami juga beberapa kali melakukan group call video. Walau seringnya aku jarang ikut karena perbedaan waktu. Lah yang bener aja mereka nelpon jam 07.00-08.00 WIB. Di Turki masih jam 03.00-04.00 masih subuh woy, bahkan kalo winter jam segitu itu subuh juga belum.


Arisan Ankara

Semenjak di Turki, teman dekatku pun berganti. Ada Nahwa, Izzah, Amal dan Rohman. Kami mahasiswa penerima beasiswa S1 di Ankara pada tahun 2017. Dulunya kami berangkat bersama-sama, jadi bisa dibilang setiap detik perjuangan di tanah rantau bersama mereka. Namun sayangnya April 2018 Rohman harus meninggalkan Ankara karena ia keterima beasiswa di Madinah. Kini sisa kami berempat. Walaupun berjauhan kami masih menjaga komunikasi satu sama lain. Kami sangat dekat yang selalu nongkrong dan jalan bareng. Karena hal inilah, cewe-cewe (aku, Nahwa dan Izzah) sering dibilang kembar tiga. Nongkrong bareng mereka nggak pernah membosankan, ya meskipun kalo hari terakhir ujian udah mulai rada gesrek ga jelas sih wkwk. Semenjak pandemi kami nggak bisa kumpul bareng, kangen sih. Akhirnya kami hanya bisa kumpul virtual lewat video call whatsapp. Mulai dari buka bersama, idul fitri, idul adha, sampai main tebak gambar bareng (Belum main among us bareng nih wkwk).

Ya begitulah, setiap masa ada orangnya. Setiap orang ada masanya. Meskipun aku tak tahu mana yang sahabat sejati mengingat orangnya yang berganti, tapi setidaknya aku masih menghubungi mereka sembari nostalgia bersama. Tanpa mereka, hidupku abu-abu. Mereka yang telah menggoreskan warna dalam hidupku. Saling mendukung, menopang, menyemangati serta saling mendoakan. Terima kasih kalian.

1 Komentar:

Jurnal Alin . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates