Masih Menunggu
Dia membekap
mulutku, menatap wajahku dalam-dalam. Sontak, aku pun menatapnya. Menatap
matanya lekat-lekat. Argh, aku sadar, aku tak boleh menatap matanya
lekat-lekat. Aku sudah berjanji tak ingin kejadian itu terulang lagi. Sontak,
aku mendorongnya pelan untuk melepaskan bekapannya.
“Hei,
aku nyaris saja terjengkang,” omelnya.
“Sorry,”
jawabku ketus. Tak sedikit pun menatap kepadanya. Aku segera menarik tangan
Irin yang ada di sampingku untuk beranjak pergi menuju kelasku.
Aku
mengentakkan kaki ketika masuk kedalam kelas.
“Ciee,
bentar lagi ada yang CLBK nih yee,” goda Irin.
“CLBK?
Maksudmu cinta lama bersemi kembali?” aku menatap Irin tajam.
“Yaa
begitulah.”
“Sorry
ya. Gak ada yang namanya cinta lama bersemi kembali. Yang ada malah luka lama
terulang kembali!” seruku.
“Ups,
kayaknya api amarah sedang mendidih nih. Sorry deh Sof,” ujar Irin lirih. Aku
tak menghiraukannya. Pikiranku masih meracau. Ini semua tak boleh terjadi lagi.
Tak akan!
***