Sabtu, 19 September 2020

Day 8: The power of music

(Baca: Challenge day 7)

sumber. google


Setelah kemarin membahas tentang film, hari ini kita akan membahas tentang musik. Pas banget kebetulan ini juga malam minggu, aku nulis ini juga sambil dengerin musik. Berbicara tentang musik, aku terlahir di tengah keluarga yang menggemari seni musik. Bisa dibilang kami semua bisa bernyanyi walau suara nggak bagus-bagus amat. Papa bisa bermain gitar, mama dulunya juga seorang anggota paduan suara. Kakakku yang pertama juga bisa bermain alat musik, ia senang membuat lagu dan mengaransemen lagu, meskipun lagu buatannya tak begitu kusuka haha. Tapi aku sangat menyukai lagu aransemen karya dia. Apalagi aransemen yang hanya berupa instrumen. Instrumen lagu bintang kejora 3/4 ketukan buatannya sampai kujadikan ringtone alarm ponselku saking enaknya. Kakakku yang kedua anggota paduan suara. Semasa SMA, partitur menjadi santapannya sehari-hari. Ia juga pernah mengikuti kompetisi paduan suara di Busan, Korea Selatan. Sedangkan aku? Aku hanya suka bernyanyi dan baru belajar gitar setelah lulus SMP tapi tak ada perkembangan yang berarti hingga sekarang.

Musik sudah menjadi bagian dari hidupku. Tak ada satu pun hari tanpa mendengarkan musik. Aku mendengarkan beberapa genre musik kecuali metal. Selama musik itu bisa diterima oleh telingaku tak ada masalah. Tapi kalo soal lagu yang kunyanyikan, aku cenderung menyukai lagu pop atau ballad. Orang-orang sih bilangnya aku suka lagu galau. Kesukaanku pada lagu galau bukan karena aku galau melulu. Jadi, dulu aku pernah mengikuti sanggar menyanyi. Dan kami dilatih agar bisa menyanyi di lagu-lagu yang membutuhkan napas panjang dan mengeluarkan vibrato yang kebanyakan adalah lagu ballad atau mellow. Kala itu lagunya Agnes Monica yang berjudul Matahariku sedang ramai di pasaran, dan kami berlatih dengan lagu tersebut. Tahu sendiri kan tingkat kesusahan lagunya Agnesmo seperti apa. Terlebih, kami dilatih untuk bisa menghayati lagu. Bayangin aja, aku yang masih SD mencoba memahami lirik Matahariku. Setelah agak dewasa, aku baru paham sepenuhnya makna lirik tersebut yang ternyata sedih banget. Kebiasaan masa kecil inilah yang membuatku menyukai lagu galau hingga sekarang.

Setiap musik atau setiap lagu menyimpan kenangan yang berbeda-beda. Tak melulu kisah atau orang yang relate dengan lirik lagunya, tapi tentang kenangan yang membekas di baliknya. Misalnya, lagu Catatan Kecil milik Adera mengingatkanku pada perjuanganku saat lulus SMA. Lagu itu terus kuputar setiap hari agar aku bangkit kembali. Jika aku mendengarnya lagi saat ini, aku akan selalu mengingat saat-saat itu. Setiap lagu punya ceritanya sendiri. Itulah sebabnya aku selalu mencari dan mendengarkan lagu-lagu baru.

Kekuatan musik itu memang ada. Misalnya, saat aku bersedih aku akan mendengarkan lagunya Gita Gutawa yang berjudul Alunan Sebuah Lagu. Lagu ini menceritakan tentang kekuatan musik dan nada yang membuat kita dapat tersenyum kembali. Musik selalu menjadi teman setia di segala waktu. Menyuntikkan semangat saat kita merasa terpuruk dan putus asa, ikut tertawa bahagia saat kita merasa senang, bahkan mampu mengeluarkan kesedihan yang terpendam. Jika ditanya apa lagu favoritku, aku tak bisa menyebutkannya. Jujur, aku menyukai banyak lagu. Karena itu tadi, setiap lagu punya kisahnya masing-masing.

Jurnal Alin . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates