Sabtu, 26 September 2020

Day 14: Describe your style

(Baca: Challenge day 13)


Setelah sebelumnya sempat bingung dengan tema bahagia, hari ini kembali bingung oleh tema "Style". Apakah style selalu identik dengan fashion? Aku telah bertanya kepada 5 orang untuk bisa menyelesaikan tema hari ini. Dan mereka semua tahu bahwa topik fashion itu bukan ciri khas dari Alin. Aku tidak terlalu peduli dengan fashion, apa trend pakaian masa kini, warna apa yang bakal ngetrend bulan depan dan berbagai seluk-beluk fashion tak kuketahui. Beli baju aja jarang banget, aku bakal beli kalau emang butuh dan nggak ada lagi yang bisa dipakai misal udah kekecilan. Nggak ingat kapan terakhir kali aku beli baju. Apalagi aku seringkali mendapat warisan baju dari kakak perempuanku, wah semakin jarang aku belanja. That's why jangan bosen kalau melihat foto di instagramku yang bajunya itu-itu aja. Selama masih nyaman dipakai nggak ada masalah kok.

"Bahas tentang lifestyle aja Lin," ujar salah seorang teman. Haha, aku ingin tertawa. Padahal dia sendiri tahu bagaimana lifestyle aku yang sungguh tidak sehat. Hobinya begadang, jarang olahraga, makannya nggak teratur, cepat saji dan mie instan melulu (nggak tiap hari sih tapi), badan kurus-kurus aja apa yang menarik dari diriku wkwk. "Personal style mungkin, jadi lebih tentang kepribadian kamu," ujar yang lain. Boleh juga, tetapi ketika aku melacak tentang personal style di google hasil yang keluar selalu menampilkan tentang fashion.

Hingga akhirnya aku mencari definisi style yang bisa aku cerna dan pahami. Aku menemukannya di brainly. Jawaban dari oMOCHIo: Gaya atau style merupakan bentuk atau perwujudan atau tampilan visi (cita-cita) misi (cara) mencapai tujuan. Gaya dapat terlihat pada bahasa lisan, tulisan dan tampilan (gerakan fisik) yang sebenarnya untuk mempengaruhi orang lain.

Dari definisi di atas (yang masih kucoba untuk mengerti), mungkin aku akan lebih mendeskripsikan tentang style atau gaya aku bersikap, berpikir dan berperilaku dalam keseharianku aja kali ya. Bisa dibilang aku orang yang disiplin, aku akan menyelesaikan suatu pekerjaan sebelum deadline. Bukan tipe deadliners, karena aku orangnya panikan. Dengan menyelesaikan suatu pekerjaan lebih cepat, aku bisa segera mengerjakan pekerjaan lainnya. Nggak numpuk-numpuk kerjaan. Sayangnya, tidak semua orang bisa sepertiku. Dulu aku kesal sekali jika harus menjadi ketua kelompok tugas sekolah dan satu kelompok dengan orang yang santai dan senang prokrastinasi. Seringnya aku yang menyelesaikan tugasnya sendiri. Aku pun sadar, ini nggak baik untukku maupun orang lain. Sampai sekarang aku masih terus belajar untuk bersabar dan menurunkan ritme kerja agar seirama dengan tim tetap dengan batasan-batasan yang tegas.

Disiplin waktu penting bagiku. Tapi anehnya, aku baru akan tega menerapkan prinsipku pada orang-orang yang telah mengenalku.  Misalnya sebuah pertemuan. Toleransi keterlambatanku hampir 0%. Kenapa hampir? Karena makin ke sini aku semakin memainkan perasaan ketimbang kepala. Ketika bertemu orang baru dan ia terlambat, pasti akan memakluminya. Lain halnya dengan orang yang sudah kenal dekat dan memang dia tipe ngaret. Daripada nantinya aku bete dan ngomel-ngomel karena kelamaan nunggu, aku juga bakal datang telat dari jadwal janjian. Sekiranya aku dan dia tiba di lokasi di waktu yang sama. Bagaimana jika mengadakan sebuah acara umum? Ini seringkali terjadi di organisasi mahasiswa Indonesia. Acara molor karena nunggu peserta banyak yang datang. Aku selalu berkata, hargai orang-orang yang sudah berusaha datang tepat waktu. Jika acara dimulai pukul 10.00 dan peserta tak sampai 10, usahakan untuk tetap dimulai.

Pernyataan waktu adalah uang itu benar bagiku. Mengapresiasi waktu berarti mengapresiasi diri, mengapresiasi hidup, juga mengapresiasi orang lain. Hidup ini singkat, sehari 24 jam tak akan pernah terasa cukup jika kita tidak bisa mengapresiasi waktu dengan baik. Ujung-ujungnya penyesalan akan selalu datang di akhir ketika kita telah merasa kehilangan. Entah itu karir, cita-cita atau kerabat dan orang-orang terdekat. Sudahkah kamu mengapresiasi waktu?

Jurnal Alin . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates