Minggu, 04 September 2016

Hai, selamat berjumpa kembali. Aku ingin menceritakan sebuah kisah selama aku menghilang dari
blog ini. Ya, ini tentang kisahku. Mungkin juga kisah yang dirasakan oleh ratusan pelajar lainnya yang ikut tergabung dalam sebuah acara Forum Pelajar Indonesia ke-8 2016. Sebuah kisah yang tak mampu terlupa dan membuatku sadar bahwa ada move on yang jauh lebih berat dibandingkan move on dari mantan. Bahwa move on tak semudah membalikkan telapak tangan dan tak semudah saat mengucapkannya. Sebelumnya, izinkan aku untuk menceritakan kisah ini dari awal aku mengenalnya.

Beberapa bulan yang lalu, kurang lebih sekitar akhir bulan Februari, salah seorang teman lamaku mengenalkannya padaku. Ia juga pernah bergabung dalam acara tahunan ini, tepat setahun yang lalu. "Ikut aja, seru lho. Coba cek kegiatannya di youtube. Nih linknya..." begitulah katanya. Aku yang pada saat itu masih sibuk mengurus kegiatan jurnalis sekolah masih mempertimbangkan tawaran itu. Apalagi persyaratannya membuat video singkat berdurasi 3 menit dan membuat essay bertema "Karya Pelajar untuk Indonesia". Aku bingung harus membuat video apa apalagi aku tidak pernah membuat essay. Di lain sisi aku ingin sekali mengikuti seleksinya. "Aku pikir-pikir dulu deh, soalnya masih sibuk ngurusi pensi sekolah," begitulah jawabku.


Hingga beberapa hari kemudian pensi sekolah telah usai, dan tanggung jawabku untuk melakukan wawancara dengan SO7 yang saat itu ikut meramaikan pensi sekolah telah selesai, aku kembali memikirkan ajakan temanku. Bahkan aku meminta bantuan ide dari beberapa temanku di sekolah. Dan aku pun dikenalkan pada salah seorang alumni sekolahku yang ternyata teman dari kakakku untuk membantu pembuatan video ini. Pembuatan video pun aku mulai awal April. Setiap Jumat dan Sabtu sepulang sekolah aku datang ke rumah Mas Rijal untuk mendiskusikan apa yang akan aku lakukan. Hingga akhirnya pengambilan gambar. Sebenarnya jarak rumahku dengan dusun Bogem--tempat dimana aku mengambil gambar ini cukup jauh. Ya kurang lebih sekitar 8-9 km. Dekat sih kalau dari sekolah. Tapi jarak rumahku ke sekolah saja 6 km. Untuk sampai ke Dusun Bogem masih harus naik lagi. Apalagi pengambilan gambar ini dilakukan malam hari, yang pada saat itu tengah turun hujan. Wah benar-benar perjuangan. Setelah itu masih harus diedit. Pengeditannya super singkat karena laptop mau dibawa kakakku untuk PKL di Bali. Video, essai, dan segala dokumen lainnya sudah beres. Tinggal di upload. Untuk upload video ke youtube saja aku menumpang wifi di rumah temanku karena modem lagi rusak. wkwkwk.

Awal Mei, ada pemberitahuan bahwa pendaftaran diperpanjang itu rasanya greget -_-. Akhir Mei, sehari setelah ujian akhir semeter berakhir, aku melakukan perjalanan ke Ngawi untuk menengok yangti yang pada saat itu pikiranku lagi kacau karena kepikiran remidi matematika. Saat sampai di Ngawi aku mencoba menenangkan pikiran dengan mengecek akun sosmed. Betapa kagetnya aku ketika membaca salah satu grup line dan ada yang bilang "Minta doanya ya kak, malam ini pengumuman FOR." Kaget dan nggak percaya, tapi setelah aku cek di IG ISYF ternyata memang benar kalau jam 8 malam akan diumumkan.

Tak henti-hentinya aku menanti jarum jam menunjukkan pukul 8. Meskipun sudah mulai mengantuk karena lelah di perjalanan tetap aku paksa untuk melek. Pas jamnya... aku buka site isyf. Aku masukkan email dan hasilnya... BLAR! 'Maaf Anda tidak lolos' rasanya sakit pengen nangis teriak. Ditambah pas aku buka IG, Tante Shinta post foto kalau Thia lolos. Aku baca komennya, Anfir juga lolos. Yaa aku kenal mereka sudah lama, karena mereka teman fbku dan teman fbku kebanyakan sama-sama penulis. Aku pun ikutan komen mengucapkan selamat ke Thia dan bilang kalau aku nggak lolos. Dan aku kaget pas tante Shinta jawab "Alin lolos kok". Aku nggak percaya. Sampai tante Shinta kirim screenshot daftar peserta yang lolos. Dan aku disuruh cek email. Ternyata emang bener kalau aku lolos. Whooaa senengnya luar biasa. Nggak sia-sia perjuanganku ke dusun seberang. Makasih banyak tante udah bantu kirim screenshot ^_^

Aku pun diinvite Thia di grup FOR 8. Yang awalnya aku ngantuk jadi langsung melek wkwkwk. Dan disinilah kisah kami dimulai. Saling berkenalan dengan 250 pelajar se-Indonesia. Hai, salken ya, aku dari delegasi..,kelas.. kata itu mulai meramaikan grup FOR 8. Bahkan 999+ menjadi hal yang biasa. Dari situ terbentuklah sebuah grup baru bernama warung rumpi. Grup yang membahas berbagai hal selain for 8. Karena dikhawatirkan bakal nyepam kalau bahas semua hal di grup FOR 8. Aku masih mengingat sebagian sesepuh warpi seperti Vai, Azil, Iqbal, Wahyu, Nanda, Kafit, Mimin dan masih banyak lagi yang selalu membuat notif jebol. Seirng berjalannya waktu, anggta warpi pun semakin bertambah. Mulai ada drama di antara kami. Yag paling ramai dulu drama nanvai (wkwk maafkan aku ndaa). Hingga tiba waktu liburan sekolah, notif 999+ sudah menjadi hal yang biasa. Apalagi sewaktu bulan puasa. Karena mereka aku menjadi anak malam. Kami mulai sering gc malam. Mulai dari jam 10 malam sampai sahur. Apa aja dibahas. Kalau pagi grup pasti sepi. Aku pun jadi mulai terbiasa tidur diatas jam 12.

Mendekati hari-hari FOR, kesedihan pun mulai muncul. Tak sedikit yang mengundurkan diri karena tak ada izin atau dana. Ada pula yang berbarengan dengan kegiatan lain. Sedih? Tentu saja. Kami pun saling menyemangati untuk bisa ikut dalam acara ini. Agar dapat bertemu dan berbagi segalanya di Jakarta. Hingga tiba h-7, rasa tak sabar ingin bertemu pun kian meningkat. Namun kami pun takut. Karena bukankah semakin cepat waktu untuk bertemu semakin dekat pula waktu untuk berpisah? Ya kami tak ingin berpisah. Namun waktu terus berjalan. Minggu, 7 Agustus 2016 sudah ada yang mulai berangkat. Bahkan Sumsel menjadi delegasi pertama yang tiba di TMII.

To be continued...

Jurnal Alin . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates