Nostalgia
Ini Cerpen kubuat ketika aku akan menjadi alumnus SPANDA. Hitung-hitung nostalgia... ya sama seperti judulnya. Check it out!
Aku memasuki
gerbang SMPN 1 Pandaan atau lebih dikenal dengan nama ‘SPANDA’. Sekolah favorit
di kotaku dan mantan RSBI. Ya, semenjak keputusan MK tentang dihapusnya nama
‘RSBI’, sekolahku kembali seperti semula tetapi kami--murid dan seluruh warga
sekolah sepakat untuk tetap menjalankan proses belajar mengajar seperti sekolah
RSBI dengan KKM 80 bukan kembali menjadi KKM 75. Tentu saja hal ini
meresahkanku yang lemah dalam hal matematika. Untuk mendapatkan nilai minimal
saja sudah mati-matian apalagi nilai sempurna.
Aku
harus melewati lapangan upacara yang merangkap tugas sebagai lapangan basket
dan voli untuk sampai di kelasku, kelas 9B. Senyum dan rasa senang dalam
benakku terpancar hingga aku berada di ambang pintu kelasku. Bagaimana tidak,
Vero temanku baru saja mengganti kalender UN yang tertulis dengan tinta hitam
di papan putih kelasku. ‘13 hari lagi
menuju UN’. Ya, aku sudah tak sabar menanti UN tiba. Aku ingin segera lulus
dari sekolah ini. Seperti yang dikatakan Bu Nana, guru bahasa Indonesiaku.
“Belajar yang rajin. UN semakin dekat. Wis,
ndang UN, ndang lulus. Golek kanca sing anyar.” (Sudah, buruan UN, buruan
lulus. Cari teman yang baru). Sepertinya hampir semua guru yang masuk ke
kelasku akan mengatakan hal yang sama. Ulah dan suasana kelas 9B sudah menjadi
rahasia umum di ruang guru. Bahkan di seluruh pelosok sekolah. Gaduhnya minta
ampun, susah diatur pula. Bahkan, wali kelasku--Bu Rina sudah tak peduli lagi
pada kami.
Tapi nyatanya,
hari-H UN yang semakin dekat tidak mendapat perhatian yang antusias sebagian
teman-temanku. Mereka malah santai saja. Ugh, aku sampai kesal dibuatnya. Kalau
salah satu diantara kami tidak lulus, pasti satu kelas yang kena termasuk aku
dan beberapa temanku. Ya, beberapa temanku yang bisa dihitung dengan jari itu tak
sengaja terhempas masuk kedalam zona berbahaya ini sama sepertiku. Tergantung
nasib saat pembagian kelas awal Juli 2013 lalu.
Aku
meletakkan tas yang membebani punggungku di bangku yang dekat dengan pintu dan
duduk dengan santainya di sana. Ya, posisi bangku yang aman. Mudah mendapat
angin dari luar, dan mudah pula keluar kelas jika pikiran sedang penat akan
ulah mereka.
Perlahan,
senyumku merekah kembali melihat tulisan Vero di papan itu. Membuat pikiranku
melayang menuju 2 tahun yang lalu. Aku masih mengingatnya dengan jelas. Awal
aku MOS di sekolah ini, dengan dandanan seperti anak TK. Ya, aku masih
mengingatnya.
Pikiranku
pun beralih saat aku masuk ke kelas 7H. Disitulah, kisahku dimulai. Aku cukup
mudah beradaptasi dengan kelas 7H. Tapi sempat bersitegang cukup lama dengan
teman-temanku karena hal seorang cowok… Aku dulunya memang anti dengan cowok
yang tak kukenal setelah 1 tahun. Apalagi saat teman sekelasku itu mulai
memberi ‘sinyal’ padaku. Ia mendekatiku. Dan aku risih. Ya, kasus yang memang
sepele.
Aku
tak ingin berlama-lama memikirkan kenangan saat kelas 7. Menyenangkan, meskipun
banyak masalah yang sepele. Mungkin, kami masih terbawa masa-masa saat SD. Saat
daftar ulang dan pembagian kelas 8, aku masuk di kelas 8B. Aku mulai
beradaptasi lagi. Tapi kisahku di kelas 8B tak berlangsung lama. Hingga suatu
hari, Bu Sri—Urusan kesiswaan mengatakan bahwa aku harus dipindah ke kelas 8H
karena aku ikut pembinaan MIPA. Aku sempat stress dan shock. Karena mengingat
aku akan berkumpul dengan teman-teman kelas 7 dulu. Ya, masalah itu masih
terbayang-bayang di pikiranku. Dan lebih mengejutkan lagi ‘cowok’ itu juga
dipindahkan dari kelas 8A ke kelas 8H. dan aku akan sekelas lagi!
Hari-hariku
di kelas 8H awalnya membosankan, dan membuatku selalu melirik kearah jam
tanganku menanti waktu pulang tiba. Akhirnya, aku mulai menjalaninya dengan santai.
Ajaib, aku betah berada disana! Teman-teman yang gokil tetapi mempunyai pikiran
yang jenius itu merubah image-ku
tentang kelas 8H. Perbedaan pendapat dan masalah tentu saja ada, tapi itu tak
berlangsung lama. Mengingat Bu Tarsiyah, wali kelasku bijaksana menyelesaikan
masalah.
Dan
akhirnya masalah besar terjadi. Sialnya, aku terlibat di dalamnya. Soal ‘cowok’
lagi! Aku tak tahu apa yang sebenernya terjadi. Tetapi teman-temanku menganggap
itu salahku. ‘Cowok’ itu bertengkar dengan sahabatnya sendiri. Aku cukup
kesulitan membuat mereka berdua akur seperti sedia kala. Apakah semua sifat
cowok itu sama? Sama-sama keras kepala dan egois?. Emm, masalah yang cukup
rumit tapi tak bisa aku katakan. Untung saja masalah itu cepat selesai.
Saat-saat
pembagian kelas itu terjadi lagi. Dan sayangnya, aku tak bisa berada di sekolah
karena saat itu aku mengikuti kegiatan Kemah Hijau di komplek sekolah Semen
Gresik. Cukup sedih, karena aku menyayangi kelas 8H dan tak ingin berpisah.
***
“Hei,
pagi-pagi kok sudah ngelamun. Ati-ati kesambet loh,” kata Zulfi, temanku yang
baru saja datang dan seketika menghentikan perjalanan pikiran kenangan itu.
“Bukan
ngelamun tapi semedi. Menyiapkan otak biar fresh,” ujarku.
“Halah,
nemu aja alasan pagi-pagi begini.”
“Loh,
bukannya kalau pagi begini alasan memang sedang matang-matangnya ya. Tuh lihat
aja di gerbang, pasti banyak anak yang alasan kaus kakinya dicuci, kerudung putihnya
hilang jadi harus pakai kerudung biru, dasinya hilang jadi nanti mau beli lagi,
banyak deh,” celotehku.
“Nyindir
Lin? Masalahnya aku sekarang lagi pakai kaus kaki biru bukan putih!” seru
Zulfi.
“Ups,
sorry enggak tahu. Terus kok kau bisa lolos dari razia?”
“Iya
dong, atur strategi. Berusaha biar Pak Prapto enggak ngelihat ke bawah,” jawab
Zulfi dengan santainya. Aku hanya menggumam.
***
Otomatis,
seperti saat tangan dicubit kita langsung menjerit, pikiranku kembali mengingat
kenangan itu. Ya, aku masuk kelas 9B ini, berpisah dengan temanku. Sedih
memang, tapi inilah takdirku. Toh sebentar lagi aku juga akan segera keluar
dari zona bahaya ini. Berpisah dengan semuanya. Walaupun mungkin akan satu
sekolah lagi di SMA. Aku tak mungkin bisa melupakan semua kenangan itu. Walau
beberapa ada yang pahit untuk dikenang. Tapi aku tak boleh bersedih.
Teman-temanku selalu berkata padaku. Dunia
ini berputar. Waktu akan terus berjalan. Yang lalu biarlah berlalu. Meskipun
mungkin ada hal berat yang tak bisa kau tinggalkan. Jalani setiap waktu dengan
senyuman, jangan pernah ada sesal yang tertimbun di hatimu karena kau tak akan
pernah mengulang kejadian itu. Ikhlaskan saja. Suatu saat nanti kau akan
temukan penggantinya. Seseorang yang memiliki banyak kemiripan dengan orang
yang tak ingin kau tinggalkan. Tersenyumlah, bahagialah, dan tertawalah karena
hal itu akan membuat seseorang yang meninggalkanmu juga merasakan aura
kebahagiaan yang terpancar darimu. Tuhan punya rencana indah di balik ini
semua. Percayalah.
Terima kasih untuk kenangan itu.
Terima kasih telah mewarnai hidupku. Semoga kita bisa bertemu lagi suatu saat
nanti. I’ll always remember you.
1 Komentar:
Ingat masa-masa bareng kalian di kelas 9B
REPLYAlin, Zulfi, Shinta
Aku kangen kalian semua