Sabtu, 23 Juni 2012

Apakah kamu semua pernah berpikir bahwa orang yang cerdas adalah orang yang selalu mendapat nilai 10 pada mata pelajaran fisika? atau nilai 9,9 pada pelajanan matematika? Nah sekarang, coba pikirkan, menurutmu apakah orang yang mendapat nilai 10 pada mata pelajaran juga orang yang cerdas? bagaimana pendapatmu?.
 Kita semua terlahir dengan kemampuan yang sama dengan Umar bin al-Khattab, albert Einsten, Thomas Alfa Edison, Ibnu sina, Ghandi, dan berbagai tokoh terkenal lainnya. Seiring berjalannya waktu, kita akan berubah menjadi lebih cerdas. nah, dalam proses inilah terkadang pengembangan kecerdasan setiap orang mulai berbeda. ada kecerdasan yang menonjol, adapula kecerdasan yang masih harus dibangunkan dalam jiwa yang tidur (maksudnya, dia belum mampu mengolah apa yang menjadi bakatnya dengan baik). dan juga, ada hal lain yang harus dimengerti. bahwa kecerdasan setiap manusia itu berbeda. disini, akan dijelaskan bahwa kecerdasan itu dibagi menjadi 8. yaitu:

1. word smart- kecerdasan dalam mengolah kata
2. picture smart- kecerdasan dalam mempersepsi apa yang dilihat.
3. Music smart- kecerdasan dan kepekaan dalam hal musik.
4. Logic Smart- kecerdasan dalam sains dan matematika
5. Nature smart- kecerdasan dan kepekaan dalam mengamati alam
6. People smart (interpersonal smarrt)- kecerdasan dalam memahami pikiran dan perasaan orang lain.
7. Self smart (interpersonal smart)- kecerdasan dalam mengenali emosi diri kita.
8. Body smart- kecerdasan dalam keterampilan oleh tubuh dan gerak.

Jadi, definisi kecerdasan sesungguhnya tidaklah sesempit yang selama ini kita bayangkan. seorang profesor kimia yang selalu mendapat penghargaan dunia tidaklah boleh mengatakan bahwa seorang pesepak bola dunia itu adalah orang bodoh karena nilainya selalu beada di bawahnya. karena, kecerdasan yang mereka miliki memang berada di bidang yang berbeda. profesor itu sangat menonjol di kecerdasan logika, sedang pesepak bola itu luar biasa hebat pada kecerdasan jasmani. tapi,, mereka itu adalah orang yang sama-sama cerdas! contohnya lagi, seorang siswa yang lemah dalam akademis, namun memiliki banyak teman dan mampu membina persahabatan dengan baik, menurut kebanyakan orang dia adalah anak yang bodoh-bahkan nakal. karena, orang pada kecerdasan interpersonal yang tinggi namun kurang perhatian dari orang tuannya, biasanya akan menjadi pemimpin sebuah genk. yang orientasinya cenderung sebagai trouble maker.
 Kita pasti juga hidup dalam masyarakat dan oranf lain, bukan? bayangkan apa yang terjadi bila tak seorangpun memiliki people smart? semua orang disini pasti akan dianggap sebagai orang yang egois dan tak pernah mengerti perasaan orang lain. dan akhirnya, akan dihindari dan dimusuhi. nah, kalau semua orang seperti itu.. lha mau jadi apa bumi ini?? amburadul.....

Daniel Goleman mangatakan bahwa kecerdasan emosi itu lebih penting daripada kecerdasan intelektualitas. orang yang ber-IQ tinggi, ternyata banyak yang mengalami kegagalan dalam hidup, dibanding orang yang ber-IQ rata-rata tapi memiliki EQ (emotional Quotient) yang tinggi. apalagi kalau dibarengi dengan SQ yang terbimbing dalam iman dan taqwa. sungguh selamat dan sukseslah dia di dunia dan akhirat.

Sumber: Gisella Ulrich

Jurnal Alin . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates